Dialektika Metode Keilmuan Barat Dan Islam Di Abad Modern
Dialektika Metode Keilmuan Barat di Abad Modern
Masa keemasan Islam tidak bertahan lama. Pada era
sesudah itu umat Islam harus meratapi kemunduran akan pemikiran berbasis
rasional. Kecenderungan umat dalam mengkaji nilai-nilai spiritual sebagai acuan
terpenuhinya kepuasan ruhaniah mereka menjadi pemicu utama merosotnya kinerja
para intelektual muslim pada masanya. Akibatnya pengembangan aspek
intelektualitas-rasional menjadi terabaikan.
Sementara itu di dunia barat, sejak zaman renaissance
pemisahan agama dan sains di barat semakin melebar. Perkembangan parallel ini
sangat mempengaruhi perbedaan perkembangan sain sejak saat itu antara dunia
barat dan dunia Islam. Namun para cendikiawan eropa pada akhir pertengahan
sangat dipengaruhi pandangan ilmiah Islam, konsep filsafat dengan warisan
intelektual Islam-Yunani yang maju.
Perpaduan antara filsafat Islam dan filsafat barat
membuat munculnya filsafat dialektika. Dengan didasari oleh pengalaman
sehari-hari dalam dialog. Apabila ada suatu pendapat maka harus ada
penentangnya lalu mendamaikan keduanya dengan sebuah pendapat yang lebih
lengkap. Sehingga terciptalah tesis,
anti tesis, dan sintesis, atau tiga tahap kehidupan yaitu ide, alam, dan roh.
Sejak abad 18 dan 19 terjadilah idealisme dan
positifisme menuju filsafat modern. Di antara tokohnya yaitu Hegell. Hegell
menguraikan filsafatnya dengan metode dialektik. Dengan metode dialektikanya,
Hegel dapat menganalisa bahwa dalam kehidupan sehar-hari, dalam masyarakat
terjadi dialektika.
Dalam filsafat dialektik Hegel mengatakan, mencari
kebenaran merupakan tugas filsafat mengenalinya. Kebenaran menurutnya tidak
lagi menjadi satu kumpulan pernyatan dogmatic yang sempurna, yang setelah
ditemukan, tinggal dihafalkan saja. Kebenaran kini terletak dalam proses
pengenalan kebenaran itu sendiri. Dalam perkembangan panjang sejarah ilmu
pengetahuan, yang bergerak dari tingkat pengetahuan rendah ke tinggi tanpa
pernah mencapai, melalui penemuan dari apa yang disebut kebenaran mutlak, satu
titik dimana ia tidak lagi dapat maju lebih jauh, dimana kita tidak lagi
memiliki sesuatu untuk dikerjakan selain berpangku tangan dan menatap dengan
kagum pada kebenaran mutlak yang telah dimilikinya.
Dialektika Metode Keilmuan Islam di Abad Modern
Dalam perspektif Islam, konflik atau dialektika adalah
keniscayaan dalam realitas kehidupan. Konflik ada bukan didasari hukum
kausalitas, namun keberadaannya adalah atas dasar Sunnatullah. Konflik adalah
tercipta sebagaimana adanya elemen-elemen lain untuk membentuk struktur
kehidupan dunia. Konflik bukan harus diciptakan untuk menyeimbangkan satu
elemen yang ada. Manusia berkewajiban menjalani konflik dengan mengikuti
SunnahNya. Karena konflik adalah bagian dari watak kehidupan dunia, oleh
karenanya manusia tidak luput dari dialektika dalam kehidupannya.
Oleh karenanya, kemiskinan, kebodohan, korupsi,
terorisme, dan sakit serta kematian tidak perlu direkayasa atau diciptakan
karena semuanya aka ada sepanjang manusia hidup di dunia. Seberapapun usaha
manusia mengadakan upaya mencerdaskan manusia, kebodohan akan senantiasa ada
karena ia adalah watak kehidupa dunia. Begitupun sebesar apapun usaha manusia
menumpas kemiskinan, maka kemiskinan tidak akan sirna dari muka bumi, begitu
juga dengan yang lainnya. Jadi seorang muslim, dalam memahami realitas
dialektika harus menurut Al-Quran dan Hadis, dan bukan aturan Hegel.
Dalam Islam tidak dikenal antitesis sebagai lawan yang
harus diciptakan dari tesis. Islam mewajibkan Ishlah (perbaikan)
atau mengembalikan kepada trek yang benar atau mengembalikan kepada hukum-hukum
Allah jika terjadi kecenderungan manusia menuju yang bathil serta jika terjadi
dialektika di kalangan umat bukan membuat sintesa yang memungkinkan
mengakomodir keduanya yang jelas-jelas dilarang dalam Islam.
Namun Islam bukan anti terhadap filsafat. Hal ini
terlihat pada karya-karya Pyhtagoras, Sokrates, Plato, Aristoteles, dan lainnya
yang menarik minat filosof muslim. Hal ini terlihat dengan banyaknya lahir
intelek Islam seperti Alkindi, Alfarabi, Ibnu Sina, Alghazali, Ibnu Rusyd, dan
lain sebagainya.
0 Response to "Dialektika Metode Keilmuan Barat Dan Islam Di Abad Modern "
Posting Komentar